Friday 8 November 2013

Objek Wisata Spiritual Kahyangan, Tirtomoyo, Wonogiri

Wonogiri kaya akan wisata ritual, karena menurut sejarahnya Wonogiri didirikan oleh RM. Said (Pangeran Sambernyowo/Mangkunegoro I). Salah satu petilasan RM. Said adalah Dlepih/Kahyangan yang terletak di Kecamatan Tirtomoyo kurang lebih 30 Km arah ke selatan Kota Wonogiri, sebagai wisata ritual banyak dikunjungi orang untuk meditasi dan "ngalab berkah" pada malam Selasa Kliwon dan Jum’at Kliwon.[1] Kawasan  ini memang memiliki pemandangan yang indah, dengan sungainya yang berada di tengah-tengah dua sudut pegunungan, dengan air yang mengalir tampak jernih, belum lagi dengan hawa yang sejuk karena merupakan hutan alam.
Dengan suasana yang sedemikian ini, tidaklah mustahil apabila Kahyangan Dlepih menyimpan cerita mistis, namun justru hingga saat ini masih banyak juga yang memanfaatkan untuk napak tilas atau untuk mendapatkan “wangsit”. Wilayah Kahyangan dimulai dari Gapura Masuk Kahyangan. Di dalam kawasan ini pengunjung dilarang memakai pakaian berwarna Hijau Pupus.

Gambar Gapura Masuk

Bagian- Bagian di Kahyangan Dlepih

Adapun tempat- tempat yang mempunyai nilai sejarah atau cerita di kawasan Kahyangan mulai dari utara hingga selatan, yaitu sebagai berikut:
1.          Sela Betek
2.          Sela Gapit/Penangkep
3.          Sela Payung
4.          Sela Gilang/ Pesalatan
5.          Sela Gawok
6.          Pemandian Kahyangan (kedung = pertemuan 2 arus sungai)
  Tempat- tempat tersebut memang mempunyai cerita tersendiri, karena konon setiap para pendahulu memanfaatkannya untuk  bermeditasi untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya menjadi pemimpin, mendapatkan pekerjaan, dan lain- lain.

Sejarah Kahyangan

Pada waktu panembahan Senopati berada di Mataram, dan kedudukanya digantikan oleh ayahnya, Ki Ageng Pemanahan atas kekuaasan Sultan Pajang, kejadian inilah yang menjadikan rasa gemetar Panembahan Senopati untuk menguasai Raja Mataram. Karena niat yang begitu kukuh, maka Panembahan Senopati pergi ke Kahyangan untuk bertapa supaya keinginannya tercapai.
Setelah sekian lama, Panembahan Senopati bertemu dengan Kanjeng Ratu Kidul yang dimitoskan kerajaanya berada di laut selatan. Pertemuan ini berlangsung berkali-kali. Seperti layaknya pertemuan dua insan lain jenis yang sedang bercinta, dan akhirnya Kanjeng Ratu Kidul diperistri oleh Panembahan Senopati. Selain Kanjeng Ratu Kidul menaruh sayang kepada Panembahan Senopati, ia juga telah banyak memberikan dorongan positif atas maksud-maksud Panembahan Senopati untuk dapat mewujudkan cita-citanya menduduki Kraton Mataram Yogyakarta. Keinginan tersebut terkabul setelah bertapa di Kahyangan.
Karena kesungguhannya dalam bertapa, maka tidak pernah lupa menjalankan kewajibanya sebagai orang muslim untuk menjalankan shalat lima waktu, disamping bermeditasi setiap hari. Apabila pada suatu saat Panembahan Senopati melakukan dzikir atau bermiditasi di Selo Payung, ia merasakan seperti berada disebuah “Sanggar Pamelangan”.
Panembahan Senopati bukan hanya bertapa di Selo Payung saja. Tetapi saat sedang berdzikir ia kadang kala juga di Selo Gawok, dan ditempat khusus untuk melakukan sembahyang 5 waktu, mengambil di tempat di Sela Gilang yang lokasinya berada arah atas pesiraman/pemandian. Di tempat pemandian inilah Kanjeng Ratu Kidul beserta kerabatnya mandi. Suasana semacam ini yang menjadikan Kanjeng Ratu Kidul menaruh hati pada Panembahan Senopati.
Lama-kelamaan Panembahan Senopati merasa semakin mantap dalam melakukan pertapaan di Kahyangan ini yang di tempat ini pula ia juga membangun kasih dengan Kanjeng Ratu Kidul, walaupun keduanya beda dunia.
Di kawasan Kahyangan, pada saat yang bersamaan hiduplah sepasang suami istri. Mereka adalah Kyai Puju dan Nyai Puju atau sering disebut Huju. Setiap hari Nyai Puju ini pekerjaanya pergi ke hutan Kahyangan guna mencari daun Puju dll. Disamping untuk keperluan sendiri daun tersebut untuk dijual sebagai penghasilan keluarga. Karena setiap hari pekerjaan Nyai Puju keluar masuk hutan Kahyangan, lama-kelamaan ia melihat Panembahan Senopati, karena setiap saat Panembahan Senopati melepas lelah di pemandian Kahyangan maupun di Sela Gilang. Panembahan Senopati memiliki wajah yang tampan, maka lama-kelamaan Nyai Puju menaruh hati kepada Panembahan Senopati. Hal ini ditandai dengan Nyai Puju yang setiap ke hutan selalu berada di sekitaran Panembahan Senopati. Dan Nyai Puju selalu berangkat di pagi buta dan pulang sudah larut malam.
Dengan niat yang sungguh- sungguh, lama- kelamaan Nyai Puju akhirnya dapat menjumpai Panembahan Senopati, dan sudah barang tentu senang bagi Nayi Puju, apalagi Panembahan Senopati nampak begitu gembira setelah berkenalan dengan Nyai Puju, meski orang desa tapi wajahnya cukup lumayan.  Karena keduanya berkali-kali bahkan hampir tiap hari bertemu.
Kejadian yang berlanjut-lanjut ini membuat suaminya curiga. Dimana Kyai Puju mulai kurang percaya lagi terhadap istrinya. Pada suatu hari, Kanjeng Ratu Kidul datang ke Kahyangan untuk menjumpai Panembahan Senopati, dan pada saat yang bersamaan Nyai Puju-pun ingin menjumpai Panembahan Senopati juga. Pada saat Nyai Puju datang, Kanjeng Ratu Kidul sedang mengelus-elus tasbih yang terurai di leher Panembahan Senopati. Melihat kejadian tersebut Nyai Puju cemburu dan seketika langsung kembali ke rumahnya menyusuri semak belukar. Kebetulan juga Kyai Puju bermaksud mencari istrinya karena sudah larut malam. Dari celah-celah semak ia melihat pertemuan antara Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul, tanpa disengaja Kanjeng Ratu Kidul melihat Kyai Puju.
Sangking terkejutnya, Kanjeng Ratu Kidul spontan berkata kepada Panembahan Senopati bahwa ada yang melihat pertemuan tersebut. Kyai Puju ketakutan dan langsug bergegas pulang. Kanjeng Ratu Kidul menarik tasbih Panembahan Senopati yang ada di lehernya, dan tasbih tersebut putus dan manik-maniknya berjatuhan di sungai yang berada di sebelah bawah Sela Gilang. Lalu Kanjeng Ratu Kidul mengajak Panembahan Senopati kembali ke Mataram.
Batu manik-manik yang berjatuhan tersebut konon membawa berkah yaitu berwujud batu akik yang berlubang ditengahnya. Sesaat sebelum berangkat, Kanjeng Ratu Kidul memanggil pembantunya bernama  Nyai Widyanangga untuk tinggal dan menjaga kawasan Kahyangan, yang berarti ia menjadi pemimpin segenap makhluk halus di kawasan tersebut. Batu-batu akik yang berjatuhan di Kedung Pesiraman tadi harus ia jaga. Dan Kanjeng Ratu Kidul juga bersabda bahwa barang siapa yang menemukan atau mengambil, membawa batu akik tersebut akan mendapatkan keselamatan, keteguhan, kebahagiaan, dan sebagainya.
Sebenarnya sebelum kedatangan Kanjeng Ratu Kidul, Panembahan Senopati telah menerima ilham dari Yang Kuasa, bahwa akan dikabulkan permohonannya setelah bertapa di Kahyangan, yaitu menjadi Raja Mataram. Disamping itu seperti pernah diutarakan, bahwa apabila Sinuhun Sultan Pajang telah tiada, maka untuk menundukkan Kraton Pajang tidak perlu lagi dengan pertumpahan darah.
Pada suatu hari Panembahan Senopati mengutus seorang kurirnya ke Kahyangan untuk mencari Nyai Puju beserta Kyai Puju, agar segera datang ke Mataram. Hal ini dikarenakan setelah Panembahan Senopati menjadi Sultan Mataram, selalu ingat dengan Nyai Puju. Namun ditengah perjalanan sebelum sampai Mataram, Kyai Puju agar dibunuh, karena ia mempunyai "kesalahan" ketika ia mencemburui saat melihat istrinya berselingkuh dengan Panembahan Senopati. Kyai Puju dibunuh setibanya di daerah Jatibedug, dan mayatnya dikubur dipinggir jalan dengan undukan bebatuan ditepi jalan besar, sedangkan Nyai Puju terus saja dibawa ke Mataram.
Setibanya di Kraton Mataram, Nyai Puju menerima hadiah yang bermacam-macam dari Panembahan Senopati. Disamping itu Panembahan Senopati juga berpesan kepada Nyai Puju agar menjaga kawasan Kahyangan Dlepih. Dengan gembira setelah menerima hadiah dari Panembahan Senopati, maka disuatu malam Nyai Puju kembali ke Kahyangan untuk melaksanakan semua dawuh Panembahan Senopati, mengingat Kahyangan merupakan daerah yang dikuasai Mataram.
Nyai Puju semakin tua dan meninggal dunia. Sebagai sesepuh di desa Dlepih, maka mayatnya dikubur disebuah makam desa Dlepih utara Kahyangan. Adapun sukmanya menempati Sela Bethek seperti yang diminta Panembahan Senopati.

Misteri yang ada di Kahyangan

  1. Batu-batu akik yang tak terhitung jumlahnya di sepanjang sungai. Kebanyakan batu akik tersebut agak bundar, dan ada batu yang dipakai Panembahan Senopati untuk menggosok tubuh Panembahan Senopati ketika mandi.
  2. Sela Bethek, letaknya paling utara kawasan Kahyangan, berbentuk batu menjulur yang dibawahnya bisa untuk berteduh. Konon disinilah Pangeran Mangkubumi/Sultan Agung bertapa. Dan disinilah Sukma Nyai Puju Berada.
    Gambar Sela Bethek
  3. Sela Penangkep/Sela Gapit, letaknya berada disebelah selatan sela Bethek, batu ini terdiri dari dua batu besar yang diatasnya bergandengan, sedangkan bagian bawahnya renggang dan bisa dilewati meski harus menunduk.
     Gambar Sela Penangkep/Sela Gapit
  4. Sela Payung, letak batu ini berada di tengah-tengah Kahyangan, atau berada di sebelah selatan Sela Gapit. Bentuk dari batu ini adalah seperti setengah payung, dan disinilah tempat bertapanya Panembahan Senopati, sekarang tempat pesanggrahannya Nyai Widyanangga.
    Gambar Sela Payung
  5. Kedung/Pesiraman Kahyangan, letaknya berada di persinggahan terakhir/paling selatan melalui Sela Payung. Sungai ini adalah sungai tempur atau persilangan dua sungai yang merupakan pemandian Panembahan Senopati maupun pembantu Kanjeng Ratu Kidul.
    Gambar Kedung/Pesiraman Kahyangan
  6. Sela Gilang/Pesalatan, letaknya disebelah atas Sungai tempur Kedung Pesiraman Kahyangan. Bentuknya batu besar menjulur kearah kiblat, dan disinilah tempat sembahyang Panem-bahan Senopati, sedang disisinya tempat pertemuan antara Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul.
    Gambar Sela Gilang/Pesalatan
  7. Sela Gowok, sela Gowok adalah sebuah batu besar yang bagian depannya Gowok atau berlubang dan hanya cukup untuk duduk satu orang. Disinilah tempat bersemedinya Panembahan Senopati. Letaknya sebelah timur pesiraman

Daftar Pustaka
Ramelan.1999.Petilasan Pertapan Kahyangan.Surakarta:Gema Mandiri

Sumber Lisan:
Wakino (Juru Kunci)

Sumber Internet



[1] 
http://www.wonogirikab.go.id/home.php?mode=content&id=218pesona wisata Kahyangan, tirtomoyo, wonogiri

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2013 GreenLand | Powered by Blogger | Design n Blogger Theme by Koplix |