Terkadang hal yang kita nilai jelas belum tentu seperti itu kebenarannya, semoga kita dapat mengambil hikmah yang ada dikisah ini, jangan menangis yah...
Selama ini aku & suamiku hidup bahagia, suamiku berencana mau menjemputneneknya yg ada dikampung, dan diajak diam bersama kami, agar kami bisamengurus beliau.
Tapi kenyataannya berbeda, aku dan neneknya itu tak ada kecocokan. Suatu harinenek melihat aku membeli bunga hias untuk kuletakkan di kamar sebagai hiasan,nenek berkata kepada suami ku, "untuk apa istrimu membeli bunga setiaphari, itu kan tak bisa dimakan, dan lagi harganya mahal". Kemudian suamikumenasehatiku supaya menjaga sikap agar tidak menyinggung perasaan beliau,supaya aku dilihat seolah-olah menghormati beliau.
Nenek juga marah kepadaku. Karena setiap suamiku mau makan, dia selalu masaksendiri, sedangkan aku jarang masak dikarenakan aku tidak terlalu bisa.
Setiap pagi nenek memasak, suamiku & neneknya makan bersama, sedangkan akutidak dapat memakan masakan nenek, sehingga aku membeli makanan diluar terus.Hal ini mengakibatkan suamiku marah padaku. katanya neneknya tersinggung kalauaku tidak memakan masakan neneknya, suamiku menyuruh aku supaya besok aku makandirumah saja bersama mereka.
Pagi ini aku mencoba untuk makan masakan nenek dirumah, baru beberapa suapan,perutku sudah mulai merasa mual, tp aku coba tahan, sampai akhirnya aku taksanggup lagi, aku lari ke kamar mandi, disitu aku muntah. Ketika aku berbalik,ternyata suamiku sudah ada dihadapanku, dia memandangku dengan penuh marah. Diaberkata "tak seharusnya kamu berbuat seperti itu, coba kau lihat nenek ku,beliau menangis, tersinggung & sakit hati, karena kamu tidak menghargaimasakannya ". Aku menangis, memang tak seharusnya aku berbuat seperti itu,aku sudah berusaha menahan ingin muntah, tp aku tak bisa. Suamiku marah besarkepadaku, baru kali ini aku melihat suamiku begitu marah padaku. Nenek ygmelihat kami bertengkar, beliau keluar dari rumah & pulang ke kampung.Suamiku juga ikut keluar dari rumah, mungkin dia mengantar neneknya pulang.
Setelah kejadian itu, aku tak bertemu lagi dengan suamiku sampai 3 hari, akujuga tak melihat nenek lagi.Aku jadi bingung dengan kelakuanku akhir-akhir ini, lalu aku pergi ke rumahsakit untuk berperiksa, kata dokter aku tak terkena penyakit apa pun, tp akuHAMIL.Aku merasa sangat bahagia, tapi disisi lain aku merasa sedih ketika teringatkejadian kemaren.
Ketika aku pulang dari rumah sakit, aku bertemu dengan suamiku. 3 hari tidakbertemu, kulihat wajahnya sangat kusut, aku terus pulang saja, sebab dia jugatak melihat aku.
Ketika aku sampai dirumah, suamiku masih belum pulang. Ketika tengah malam,aku terbangun, suamiku sedang sibuk mengambil surat-menyurat & uangsimpanan kami. Aku berpikir dia mau mengakhiri hubungan kami, sesudah itu diahanya pergi tampa pamit.
Kemana suamiku. Sudah 4 hari tak pulang kerumah. Kemudian aku datangi ketempatkerjanya, kata teman-teman kerjanya , suamiku ada dirumah sakit, sebab neneknyakecelakaan...Astaghfirullah, rupanya ketika nenek keluar rumah kemarin nenekku mau pulang kekampung, tapi suamiku mengejar beliau. Karena merasa dikejar, nenekpun larimenyeberang jalan raya dan akhirnya tertabrak mobil kemudian dibawa kerumahsakit...
Setelah mengetahui itu aku langsung kerumah sakit, tapi aku terlambat, ketikaaku sampai di rumah sakit, ternyata nenek sudah menemui ajalnya . Aku lihatdi wajah suamiku nampak bahwa ia sangat marah kepadaku, tp dia tak mengucapkansepatah kata pun kepadaku...
Yaa Allah, apa yg sudah aku lakukan. Seandainya aku dapat menahan rasa mualkupada hari itu, tak mungkin semua ini akan terjadi...
Aku sangat ingin memberitahukan kepada suamiku bahwa saat ini aku sedanghamil, tp setelah ku lihat wajahnya yg sangat marah kepada ku, aku tak beraniberbicara apa-apa.Setiap malam suamiku tidur di kamar sebelah, setiap malam dia pulang lewat daritengah malam dengan wajah yang kusut dan mulut berbau alkohol. Aku menjadi merasabersalah kepadanya...
Suatu hari, aku mendapati suamiku bersama perempuan lain sangat mesra, akudekati mereka, perempuan itu mengerti bahwa aku sangat marah dan dia inginmenjauh, tp suamiku mencegahnya dan memeluk perempuan itu sambil memandang siniskepadaku. Hatiku serasa sangat sakit, seandainya aku tak ingat akan anak yangada di dalam perut ku, ingin rasanya aku mati dihadapan mereka...
Sekian lama suamiku tak pernah pulang ke rumah lagi, sudah dua bulan rasanya.Akhirnya ketika aku pulang kerja kudapati suamiku sudah ada di ruang tamu. Kulihat tatapan matanya masih seperti dahulu, masih mencerminkan rasa marah yangsangat besar kepadaku. Lalu dia menyerahkan selembar kertas dan memintakuuntuk menandatanganinya. Membaca isi surat itu hatiku serasa diiris sembilu.Ingin rasanya aku menangis tapi sekuatnya aku menahannya. Setalah itukutandatangani surat cerai tsb. Tanpa ku sangka ketika aku sedang panik karenaperhatianku tertuju kepada surat itu, suamiku memperhatikan perutku yangmembesar, dia bingung lalu bertanya kepadaku. "Apakah kamu hamil.??"Ujar suamiku. Kujawab, "ya, aku hamil, tapi sekarang tak ada artinya lagi.Dengan surat ini kamu mau pergi kemana pun terserah."Suamiku berulang kali meminta maaf kepadaku tapi hatiku sudah beku. Akuingat bagaimana dia memperlakukanku ketika dia bersama perempuan lain tempodulu. Harga diriku seperti diinjak-injak. Hatiku sudah sangat sakit rasanya...
Aku memeriksa kandunganku setiap bulan ke dokter kandungan tanpa ditemanisuamiku. Suamiku memilih tinggal serumah denganku, tapi kami tidak tidursekamar lagi...Suatu malam kudengarkan di kamar sebelah, suamiku merintih-rintih kesakitan,tp aku sudah tidak peduli lagi dengan dia. Aku tahu, itu memang sudah menjadikebiasaan dia sewaktu kami baru kawin, bila aku datangi, dia pasti tertawasambil memelukku, "kamu kena tipu" ujarnya.Hampir setiap malam aku mendengar dia mengotak-ngatik komputernya, mungkin sajadia sedang asik chatting, atau berpacaran di dunia maya dengan perempuan lain,tapi aku tak peduli lagi, hati ku telah tertutup untuknya...Dan hampir setiap hari dia membeli perlengkapan bayi, ditaruhnya di kamarnyasampai-sampai kamarnya sudah penuh...
Suatu malam perutku terasa sangat sakit, aku berteriak-teriak kesakitan. Laludia datang ke kamarku, digendongnya aku keluar rumah sambil mencari taksi. Didalam taksi, sepanjang jalan dia pegangi tanganku, di sapunya keringat ygmengucur di dahiku. Sambil kesakitan, aku merasa bahwa sebenarnya aku sangatmencintai suamiku. Aku lihat dia telah kembali seperti dulu lagi...
Sesampainya di rumah sakit, kami langsung ke ruang bersalin, aku lihat diamemandangku dengan penuh kasih sayang. Sambil menahan sakit aku sempatkanuntuk tersenyum kepadanya...
Keluar dari ruang bersalin kudapati suamiku menangis, dia merasa sangat bahagiamelihat aku dan anak kami. Aku lihat dia merasakan kebahagiaan yang tak terkiradi wajahnya. Tapi setelah itu dia terjatuh kelantai, aku terkejut danberteriak-teriak memanggil dokter...
Setelah diperiksa, dokter menyatakan suamiku terkena kanker hati yang sudahsangat parah. Kalau dia bisa bertahan sampai besok berarti ini adalah mukzijat.Menurut perkiraan dokter, dua minggu yang lalu adalah hari-hari akhirnya...
Dulu aku pernah berjanji kepada hatiku untuk tak akan lagi menangisi dia lagi,tapi itu selagi hatiku marah kepda dia. Tapi, kali ini aku tak dapat menahannya ,aku menangis sejadi-jadinya, dokter mengatakan dia telah mengidap kanker 5bulan yang lalu, jadi bersiap-siaplah untuk menghadapi kejadian yang tak dapatdisangkal...
Aku bergegas pulang kerumah, aku tak peduli kepada perawat yg mengatakan bahwakesehatanku masih belum pulih. Sesampainya dirumah kubuka komputer, nyatanyasetiap malam dia kesakitan adalah benar adanya, tapi aku tak pernahmemperdulikannya...Sambil menangis kubaca surat-surat yg dia tulis di komputer untuk anak kami...
"Anakku, demi dirimu aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku. Aku tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapisemua bentuk kebahagiaan dan kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinyabersamamu tetapi ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Di dalam komputerini, ayah mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinanhidup yg akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah. "
"Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidupselama bertahun-tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia sungguh menderita,dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah orang yg paling ayahcintai".
Kejadian-kejadian yg mungkin akan terjadi mulai TK, SD, SMP, SMA sampai kuliah,semuanya tertulis lengkap didalamnya .
Lalu aku membaca surat yg ditujukannya kepadaku.
"Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yang paling bahagia aku rasakandalam hidup ini.Maafkan salahku, maafkan aku tidak pernah memberi tahumu tentangpenyakitku. Aku tidak mau kesehatan bayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jikaengkau menangis sewaktu membaca surat ini, berarti kau telah memaafkan aku. Terima kasih atascintamu padaku selama ini. Hadiah-hadiah ini aku tidak punya kesempatan untukmemberikannya pada anak kita. Pada bungkusan hadiah tertulis semua tahunpemberian padanya".
Aku menangis, aku masih ingin membaca surat-suratnya, tapi aku teringat akansuamiku yang lagi sekarat dirumah sakit, kemudian aku bergegas pergi kerumahsakit.
Aku lihat suamiku terbaring lemah, aku dekatkan bayi kami lalu dibaringkandi samping suamiku. "Sayang, buka matamu, lihat anak kita, dia inginmerasakan kahangatan kasih sayangmu. "Perlahan suamiku membuka matanya,dia tersenyum melihat anak kami, tp dia tak dapat berbicara lg. Aku gunakankesempatan ini untuk memotret mereka. Tak tahu sudah berapa kali akumengabadikan momen kebahagian ini sekaligus momen yang sangat memilukan untukku...
Sampai akhirnya suamiku menutup mata untuk selama-lamanya, semuanya sudah terlambat... Kesalahpahaman ini sudah mengakhiri semuanya, tak mungkin apa yang telah hilang dapat dikembalikan lagi...Penglihatanku kabur tertutup oleh air mata yg mengalir membasahi pipiku...Nanti kalau anakku sudah besar dia pasti bertanya, siapa ayahnya? Dimana ayahnya? Mungkin aku tak akan bisa menjawabnya , tapi mungkin surat-surat yang telahdisediakan oleh suamiku itu yang akan menjawab semua pertanyaan dari anakku.
"Sayang, aku dan anak kita, pasti akan selalu merindukan kamu sepanjang masa.
"Kusapu air mata yang telah memenuhi mata dan membasahi pipiku.
Kutabahkan diri untuk menjalani kehidupan tanpa pendamping, "Sayang, aku berjanji akan mendidik anak kita sebaik mungkin"
0 komentar:
Post a Comment